Pengalaman preeklampsia yang merupakan kasus pada kehamilan yang masih terdengar asing bagi beberapa telinga akan dikupas tuntas dalam ulasan ini. Apakah Anda sudah mengetahui apa itu preeklampsia?
Preeklampsia merupakan gangguan kesehatan yang terjadi pada ibu hamil yang memiliki indikator tekanan darah yang tinggi. Tak hanya beresiko pada kesehatan sang ibu, preeklampsia juga berdampak negatif pada sang buah hati.
Pengalaman Preeklampsia, Penting untuk Identifikasi Gejalanya
Pada saat mengandung anak pertama, saya mengalami beberapa indikasi yang membuat kesehatan saya terus menurun. Beberapa gejala yang saya alami antara lain kaki saya membengkak setelah kehamilan 3 bulan, sering sakit kepala dan mual tapi tidak sembuh-sembuh, mood sering berantakan dan yang ada hanya ingin marah. Saya juga merasakan nyeri pada perut bagian kanan yang awalnya cuma sedikit nyeri tapi lama kelamaan menjadi nyeri luar biasa.
Tak berhenti disitu, pandangan mata saya juga terkadang kabur dan sangat tidak jelas namun hanya untukbeberapa saat lalu beberapa waktu kemudian kembali normal dan begitu lagi sampai berulang-ulang.
Awalnya saya berpikir apakah ini hanya mual dan sakit biasa karena kehamilan. Saya bersama suami bertemu dengan dokter dan kami curahkan semua yang saya rasakan sampai sedetail-detailnya karena ini kehamilan pertama dan saya serta suami belum memiliki pengalaman sebelumnya.
Setelah berkonsultasi pada dokter, barulah saya mengetahui bahwa saya didiagnosis mengalami preeklampsia. Tekanan darah saya waktu periksa juga sangat tinggi dan jauh dari angka normal biasa selagi belum mengandung.
Tekanan darah saya waktu itu mencapai 150/90 mmHg. Setelah cerita semuanya, kesimpulan dokter adalah saya terlalu kecapean bekerja dan stress berat akibat pekerjaan.
Dokter mengharuskan saya untuk bedrest total selama 2 bulan dan jika setelah dua bulan masih belum baik kondisi saya, akan diperpanjang lagi. Awalnya saya keberatan, namun setelah mengobrol panjang lebar dan diberi dorongan serta penguatan oleh suami, saya mantap memutuskan untuk bedrest dan benar-benar istirahat selama 2 bulan.
Terkena Preeklamsia Sempat Down, Cemas dan Depresi
Selama dua bulan saya tidak melakukan aktivitas apa-apa selain hanya berbaring atau duduk di ranjang. Makanpun saya dilayani suami dan kadang-kadang disuapi. Semua asupan nutrisi dari makanan benar-benar terkontrol dan rutin mengonsumsi obat serta vitamin yang diberikan oleh dokter. Alhamdulillah setelah dua bulan berest total, kondisi saya jauh lebih baik dan sampai persalinan pun dilancarkan dan saya dapat melahirkan secara normal.
Saran saya bagi yang sudah merasakan beberapa indikasi di atas, segeralah konsultasi dengan dokter atau bidan dimana Anda biasa melakukan pemeriksaan. Berdasarkan pengalaman pribadi preeklampsia yang saya alami tersebut, saya benar-benar mewanti-wanti pada semua wanita hamil untuk rutin melakukan pemeriksaan kesehatan.
Dampak dari preeklampsia tak hanya tidak bisa melahirkan secara normal saja namun ada efek lainnya seperti kelahiran prematur, kondisi tulang buah hati tidak normal dan masih banyak lagi.
Demikianlah sekelumit pengalaman preeklampsia yang sangat saya rekomendasikan untuk dibaca para calon ibu dan khususnya bagi para ibu yang sedang mengandung buah hati.